Kamis, 22 November 2012

Cerita Selimut



Gambar ilustrasi.  Sumber : selimutgrosir.com


Dari kami bertiga, BJ-LSD-ALE, hanya aku (LSD) yang mencintai selimut. Setiap tidur malam,  aku wajib menggunakan selimut. Sebab, selimut tak harus berarti “pemberi kehangatan” buat tidurku. Selimut adalah penutup, pelindung, ketika tubuh dalam keadaan tak waspada (tidur). Sebab itu, sekalipun  sedang tidur di daerah panas, aku tetap butuh selimut –tentunya selimut yang tipis.  Tidur tanpa selimut akan seperti perempuan pecinta kosmetik tanpa lipstik. Nggak nyaman…Nggak afdol.

Dulu waktu masih mahasiswa dan sesekali menginap di “markas” organisasi kemahasiswaan, aku menggunakan koran untuk selimut. Demikian juga ketika masih bekerja dan sesekali menginap di kantor. Koran menjadi andalan ketika aku lupa membawa selimut. Apapun itu, yang penting tubuhku tertutupi.

Rumah tangga kecil kami punya lima selimut. Tiga selimut yang berpasangan dengan bedcover. Dua lagi selimut “lorek” ala rumah sakit. Dari tiga selimut padanan bedcover, dua ukurannya single dengan warna putih motif bunga dan warna biru lembut bergambar  “Finding Nemo”. Keduanya adalah “harta” sebelum menikah. >> Makanya berukuran single. Satu lagi warna coklat bermotif garis dan bunga berukuran double.  Ini kado pernikahan dari seorang teman. >> Makanya berukuran double. Dua selimut lorek, sepertinya aku bawa dari rumah emakku. >> Nggak beli sendiri gitu hihihi.

Gambar pinjem dari sumehcher.blogspot.com

Ketika tinggal di Bandung, dua selimut single-ku sangat bermanfaat. Walau (katanya) Bandung sudah tak sedingin dahulu kala, tetap saja sering terasa dingin kalau malam, apalagi dini hari. Pun ketika tinggal di Kabanjahe yang juga dingin –sepertinya malah lebih dingin daripada Bandung-, tiga selimut kami sangat berguna (selimut yang dobel sudah digunakan karena tidurnya sudah berdua BJ hehehe).   

Sekarang, setelah pindah ke Pematangsiantar, selimut tak lagi dibutuhkan seperti di Kabanjahe. Hari pertama tinggal di Siantar (25 Agustus 2010), udara terasa panas. Maklum, baru saja pindah dari Kabanjahe yang  beberapa hari setelah kami pindah diguncang gempa vulkanik Gunung Sinabung. Salah satu benda yang pertama kali kami beli di Siantar adalah kipas angin berdiri merk Viar. Setahuku bukan merk terkenal, harganya pun murah dibandingkan merk lainnya. Tapi hingga sekarang (sudah sekitar 2,5 tahun), kipas angin itu masih berfungsi dengan baik.

Walau panas, aku tetap butuh selimut. Saat itu, bukan selimut tebal yang kupakai, tetapi selimut lorek yang kadang membuatku merasa seperti pasien rumah sakit :D. Selimut tebal masuk dalam dus. Tapi lama-kelamaan Aku merasa Siantar juga sudah terasa dingin, terutama di malam hari. Entah aku yang sudah beradaptasi, atau memang Siantar yang berubah mendingin. (Eh tapi, katanya pemanasan global? katanya bumi semakin panas?). Apapun itu sebabnya, selimut tebal kembali berguna.

Tapi ya itu tadi,  dari kami bertiga, hanya aku yang mencintai selimut. Suamiku, anakku, nyaris anti selimut. BJ apalagi, kostum tidurnya adalah celana pendek dan kaus singlet. Rasaku, dia nggak pernah kedinginan. Ale juga menolak berselimut. Selimut-selimut bayi-nya sudah aman nyaman terlipat di koper penyimpanan.
Untuknya, aku siapkan selimut lorek. Kalau dia sudah lelap, sering kututupkan selimut pada tubuh mungilnya. Tapi selimut itu pasti dipancal-nya. Atau kalau tidak,  dalam tidurnya dia berguling-guling sehingga selimut malah membebat badan. Sebab itu, untuk Ale, selalu kupakaikan kaus dan celana panjang. Tapi, kalau kebetulan dia tertidur dengan menggunakan kaus lengan pendek, dia tak pernah terlihat kedinginan. 

Belakangan, dia mau mengenakan kaus kaki. Sebelumnya dia juga tak pernah mau memakai kaus kaki. Untuk menyiasati, kaus kaki kupakaikan setelah dia lelap. Tapi nanti, bahkan ketika dalam keadaan setengah terjaga sekalipun, dia akan berjuang melepas kaus kakinya.

Soal anak nggak mau tidur pake selimut, ternyata Ale nggak sendirian. Anak-anak tetangga sebelah rumah juga nggak mau tidur berselimut. Beberapa ibu tetangga juga memiliki cerita serupa. Dan tadi pagi aku baca salah satu postingan di grup facebook Tambah ASI Tambah Cinta. Salah satu ibu menulis status tentang anaknya yang tak mau tidur menggunakan selimut atau memeluk bantal guling. Postingan yang langsung mendapat komentar cerita serupa.

Eh, ternyata di mana-mana banyak anak enggan tidur berselimut. 

---------------------------------------------------------------------------

Dilema antara kantor dan keluarga?
Kerja di rumah bukan hal mustahil lho.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar