(Dulu) membuat sambal kacang adalah perkara yang tidak simpel buat
saya. Setidaknya itu yang saya lihat dari cara emak membuat sambal kacang. Menggoreng kacang dan
menyiapkan bumbunya sih simpel. Tapi
proses selanjutnya itu lhooo..
Berhubung kami tidak punya apapun itu penggiling dan
penghalus mekanik, maka menghaluskan kacang dan mencampurnya dengan gula merah
dilakukan menggunakan lumpang dan alu. Bukan lumpang batu, tapi lumpang kayu. Berhubung
membuat sambal kacang bukalah pekerjaan rutin, maka emak menggunakan lumpang
dan alu yang sering digunakan untuk membuat kopi bubuk (Dulu, membuat kopi bubuk juga dilakukan
dengan cara sangat manual. Sekarang, meski sudah ada mesin, cara manual ini
tidak sepenuhnya punah. Kata emak, kopi bubuk yang ditumbuk lebih mantap daripada yang dimesin).
Lumpang kayu kami bukan lumpang rapih hasil olahan mesin, seperti ini :
gambar pinjam dari SINI |
Tapi lumpang kayu kami buatan sendiri. Entah siapa yang membuat, juga kapan membuatnya. Saya tak pernah bertanya, juga tak pernah mendokumentasikannya. Tapi kurang lebih seperti ini :
gambar pinjem dari SINI |
Sebelum digunakan untuk menumbuk kacang, si
lumpang dan alu kudu dicuci dulu, dikeringkan dulu…
Belum lagi proses menumbuk hingga halus dan lumat, jelas membutuhkan
waktu tenaga. Buat saya, itulah yang membuat proses membuat sambal kacang tidaklah
simpel. Rasanya, emak pun menganggap demikian. Makanya, setiap membuat sambal
kacang, langsung dalam volume cukup banyak. Biar bisa untuk persediaan. Sambal kacang buatan emak bisa tahan berminggu-minggu tanpa terasa tengik. Biasanya sih sampai dibagi-bagi ke
saudara/tetangga. Soalnya, boseen laaah kalau tiap waktu makan dengan sayur rebus
plus sambal kacang alias pecel.
Selagi masih tinggal di Jawa Barat dan menjadi
lajang-yang-ngekos-sendiri-dan-juaraaang- masak, saya masih sering ketemu sambal kacang. Ya
iyaaalah, di Jabar, masih gampang ketemu menu dengan pelengkap sambal kacang
dengan aneka variannya. Pecel, gado-gado, ketoprak, kupat tahu de-el-el.
Sekarang, ketika sudah jadi stay-at-home-wife dan di Sumatra
Utara, menu sambal kacang tidak semudah ditemukan seperti di Bandung. Memang
sih, di supermarket atau di pasar, ada juga sambal kacang siap saji. Tapi
sekian sambal yang pernah saya beli, rata-rata bau kencur. Saya nggaaaak sukaaa
–karena saya
terbiasa dengan sambal kacang emak yang nggak pakai kencur.
Sejauh itu, saya masih berkutat dengan anggapan bahwa
bikin-sambal-kacang-itu-rumit. Gimana dong, saya nggak punya lumpang dan alu.
Beli? Aiiih, kalau bisa sih, selama masih nomaden begini, nggak usah beli
macem2 perkakas. Sampai suatu hari saya beli blender lalu mikir, knapa nggak
coba lumatkan pake blender ajaa? Ahaaa, ini mungkin sesuatu yang biasa, tapi buat saya yang nggak hobi ngedapur
ini terasa luar biasa.
Kacang goreng, bumbu, gula merah, masukkan dalam tabung
blender. Beri sedikit air, lalu tekan tombol ON. Beressss deeeeh.
Gambar pinjem dari SINI. |
Gambar di atas sih hasil pinjem (googling). Blender saya sih merk Miyako :). Semula, saya pakai blender kecilnya. Tapi si kecil rusak,
sehingga saya pakai tabung utamanya yang gede. Memang, jadi beda dengan hasil
dengan cara emak. Sambal kacang blender tidak bisa disimpan berminggu-minggu
karena hasilnya adalah seperti sambal yang sudah diencerkan. Kalau memblendernya
lama dan airnya agak banyak, jadinya halus seperti saus. Berbeda dengan sambal emak saya, yang seringkali masih ada kasar-kasarnya. Sebab itu, saya menyebutnya, saus kacang. Ini sih istilah suka-suka saya aja untuk membedakannya. Toh, bahannya dan rasanya ya sama ajaaa :)
SAMBAL KACANG, Gbr pinjem dr sini |
SAUS KACANG, gbr pinjem dari SINI |
Beda generasi, beda cara, beda hasil yaaa…
---------------------------------------------------------------------------------------------------
HOT PROMO JOIN ORIFLAME di SEPTEMBER 2013
kerja dasteran, gaji blazeran :)
Mbak lis, kacang kalau di blender itu cepat basi. Jd lebih baik digiling saja
BalasHapus