Senin, 16 September 2013

Air yang 24 Jam






Beberapa hari lalu (12/9/2013), saya kaget lihat tagihan air  yang melonjak tinggi  dari biasanya. Itung punya itung, ternyata tarif air memang naik lebih dari dua kali lipat per meternya. Nah, seperti biasa, kami para emak-emak langsung cerewet dengan kenaikan tariff ini.

Yaaa.. saya coba mikir positif aja. Mudah-mudahan rezeki makin lancar, sehingga harga-harga makin naik nggak akan bikin kepala terbakar :D. Bukan rezeki saya aja, tapi rezeki kita semua. Amiin :)

Tapi pikir-dipikir, dengan tingkat tarif yang sudah naik ini pun, masih lebih murah dan lebih berkualitas dibandingkan saat kami tinggal di Kabanjahe, Tanah Karo. Kalau ngomongin air, rasanya saya memang nggak akan pernah lupa sama tanah kelahiran Ale itu (FYI, penggalan nama anak saya : Ladika, artinya Lahir Di Karo). Sebab, untuk pertama kalinya saya tinggal di daerah dengan air yang terbatas. 


Di Temanggung, meski  harus menimba dari sumur sedalam 12 meter, kami tak pernah kekurangan air. Bahkan ketika sumur-sumur tetangga kanan-kiri mengering, sumur rumah kami ajeg-agung.  Kami bahkan bisa berbagi air sumur itu pada saudara dan tetangga kami. Puji Tuhan.

Waktu kuliah di  Solo, di kos-kosan mahasiswa dulu, air juga selalu lancar. Di Sukabumi, Cirebon, Bandung… di kota-kota yang pernah saya tinggali itu, air nyaris tak pernah masalah. Kalaupun ada masalah, biasanya memang karena gangguan dan tak berlangsung lama.

Lain halnya di Kabanjahe. Kami tinggal di sebuah perumahan, yang hanya terdiri dari dua blok. Di blok sebelah, air mengalir dari pukul 06.00 – 08.00 saja. Sedangkan di blok saya, air hidup pukul 16.00 – 18.00 saja. Itu bukan air  PDAM, melainkan dari sumur artesis yang dibangun pihak developer. Makanya, kalau listrik mati, air juga mati. Kalau nggak punya penampungan, alamat harus beli air dari luar. Sedihnya lagi, bak mandi di rumah kontrakan kami kecil saja. Kami harus beli ember-ember besar untuk menampung air. Makanya, kalau pergi-pergi jadi nggak leluasa. Pokoknya jam 16.00 sudah harus sampai rumah agar nggak ketinggalan air (bukan ketinggalan kereta :D). Pokoknya, di luar pukul 16.00 -18.00, kran air "bisu", sama sekali tak bisa mengeluarkan suara kricik-kricik air mengalir. Jangankan kricik-kricik, bunyi tes-tes menetes saja tidak :D



Dengan kondisi seperti ini pun, tariff airnya mahal. Kami pernah dibuat kaget karena hanya tinggal berdua, itu pun suami sering pergi keluar kota, tagihan lebih dari Rp 100.000. Setelah minta ganti meteran, tarif berkisar 70-80 ribuan. Jauh berbeda dengan kami di Siantar ini, di mana air mengalir 24 jam, kami sudah bertiga, dan tariff (sebelum naik) berkisar Rp 20 ribuan.

Tapi hanya mengalir dua jam per hari itu pun sudah lebih baik daripada kalau tinggal di luar perumahan. Air PDAM malah lebih terbatas dan mengalir bergiliran. Rata-rata, tiap rumah tangga mendapat giliran 3 hari sekali. Maka itu, rumah-rumah selalu punya penampungan air, baik permanen maupun aneka wadah seperti drum/jerigen/ember. Mirisnya lagi, tak sampai 30 menit perjalanan dari Kabanjahe, tepatnya setelah Berastagi terdapat pabrik air minum dalam kemasan dengan merk sangat terkenal. Pabriknya luassssss,… entah berapa ribu air tiap hari dikemas di situ. Lalu, bergeser sedikit lagi, yakni di daerah Sibolangit, air bersih melimpah-ruah, bahkan sampai dibuang-buang. Di situ, truk-truk tanki penjual air mengisi muatan.

Jadi, di Kabanjahe, yang saya rasakan adalah seperti kekeringan di dekat oase. Enggak ngerti, apakah hal itu memang tidak diprioritaskan oleh pemerintah setempat, belum ketemu jalan keluar, atau situasi itu dianggap sudah maksimal. Karena di Berastagi yang sekitar lima kilometer dari Kabanjahe, air rata-rata mengalir 24 jam meski volume terbatas. Jadi membandingkan dengan beberapa tempat di daerah Gunung Kidul, di mana air dari goa-goa yang daleeem saja disedot agar bisa didekatkan ke masyarakat. Tidak adakah teknologi yang bisa mendorong air agar mengalir 24 jam di Kabanjahe? Saya bukan ahli perairan, jadi memang nggak ngerti jawabnya.

Anyway, yang mau saya bilang, gara-gara air mengalir 24 jam itu sudah menjadi hal biasa, bisa jadi kita jadi lupa mensyukurinya. Begitu air mampet atau kemudian harus tinggal di daerah yang sulit air, baru deh terasa kalau air bersih mengalir 24 jam itu fasilitas luar biasa. Sedih kan kalau sampai harus masuk berita gara-gara kelangkaan air bersih seperti ini :



*mudah-mudahan tarif naik ini berarti perbaikan pelayanan PDAM Pematangsiantar.  

* foto-foto ambil dari google :) 

1 komentar:

  1. Use this diet hack to drop 2 lb of fat in just 8 hours

    Well over 160 thousand women and men are utilizing a easy and secret "water hack" to lose 2 lbs every night while they sleep.

    It's painless and works on anybody.

    Here's how to do it yourself:

    1) Grab a drinking glass and fill it up with water half the way

    2) Proceed to do this awesome hack

    and you'll become 2 lbs lighter in the morning!

    BalasHapus