Beberapa hari lalu (12/9/2013),
saya kaget lihat tagihan air yang
melonjak tinggi dari biasanya. Itung
punya itung, ternyata tarif air memang naik lebih dari dua kali lipat per
meternya. Nah, seperti biasa, kami para emak-emak langsung cerewet dengan
kenaikan tariff ini.
Yaaa.. saya
coba mikir positif aja. Mudah-mudahan rezeki makin lancar, sehingga harga-harga
makin naik nggak akan bikin kepala terbakar :D. Bukan rezeki saya aja, tapi
rezeki kita semua. Amiin :)
Tapi
pikir-dipikir, dengan tingkat tarif yang sudah naik ini pun, masih lebih murah
dan lebih berkualitas dibandingkan saat kami tinggal di Kabanjahe, Tanah Karo.
Kalau ngomongin air, rasanya saya memang nggak akan pernah lupa sama tanah
kelahiran Ale itu (FYI, penggalan nama anak saya : Ladika, artinya Lahir Di Karo).
Sebab, untuk pertama kalinya saya tinggal di daerah dengan air yang terbatas.
Di
Temanggung, meski harus menimba dari
sumur sedalam 12 meter, kami tak pernah kekurangan air. Bahkan ketika
sumur-sumur tetangga kanan-kiri mengering, sumur rumah kami ajeg-agung. Kami bahkan bisa berbagi air sumur itu pada
saudara dan tetangga kami. Puji Tuhan.
Waktu kuliah
di Solo, di kos-kosan mahasiswa dulu,
air juga selalu lancar. Di Sukabumi, Cirebon, Bandung… di kota-kota yang pernah
saya tinggali itu, air nyaris tak pernah masalah. Kalaupun ada masalah,
biasanya memang karena gangguan dan tak berlangsung lama.
Lain halnya
di Kabanjahe. Kami tinggal di sebuah perumahan, yang hanya terdiri dari dua
blok. Di blok sebelah, air mengalir dari pukul 06.00 – 08.00 saja. Sedangkan di
blok saya, air hidup pukul 16.00 – 18.00 saja. Itu bukan air PDAM, melainkan dari sumur artesis yang
dibangun pihak developer. Makanya, kalau listrik mati, air juga mati. Kalau
nggak punya penampungan, alamat harus beli air dari luar. Sedihnya lagi, bak
mandi di rumah kontrakan kami kecil saja. Kami harus beli ember-ember besar
untuk menampung air. Makanya, kalau pergi-pergi jadi nggak leluasa. Pokoknya
jam 16.00 sudah harus sampai rumah agar nggak ketinggalan air (bukan
ketinggalan kereta :D). Pokoknya, di luar pukul 16.00 -18.00, kran air "bisu", sama sekali tak bisa mengeluarkan suara kricik-kricik air mengalir. Jangankan kricik-kricik, bunyi tes-tes menetes saja tidak :D
Dengan
kondisi seperti ini pun, tariff airnya mahal. Kami pernah dibuat kaget karena
hanya tinggal berdua, itu pun suami sering pergi keluar kota, tagihan lebih
dari Rp 100.000. Setelah minta ganti meteran, tarif berkisar 70-80 ribuan. Jauh
berbeda dengan kami di Siantar ini, di mana air mengalir 24 jam, kami sudah
bertiga, dan tariff (sebelum naik) berkisar Rp 20 ribuan.
Tapi hanya
mengalir dua jam per hari itu pun sudah lebih baik daripada kalau tinggal di
luar perumahan. Air PDAM malah lebih terbatas dan mengalir bergiliran.
Rata-rata, tiap rumah tangga mendapat giliran 3 hari sekali. Maka itu,
rumah-rumah selalu punya penampungan air, baik permanen maupun aneka wadah
seperti drum/jerigen/ember. Mirisnya lagi, tak sampai 30 menit perjalanan dari
Kabanjahe, tepatnya setelah Berastagi terdapat pabrik air minum dalam kemasan
dengan merk sangat terkenal. Pabriknya luassssss,… entah berapa ribu air tiap
hari dikemas di situ. Lalu, bergeser sedikit lagi, yakni di daerah Sibolangit,
air bersih melimpah-ruah, bahkan sampai dibuang-buang. Di situ, truk-truk tanki
penjual air mengisi muatan.
Jadi, di Kabanjahe, yang saya rasakan adalah seperti kekeringan di dekat oase. Enggak ngerti, apakah
hal itu memang tidak diprioritaskan oleh pemerintah setempat, belum ketemu
jalan keluar, atau situasi itu dianggap sudah maksimal. Karena di Berastagi
yang sekitar lima kilometer dari Kabanjahe, air rata-rata mengalir 24 jam meski
volume terbatas. Jadi membandingkan dengan beberapa tempat di daerah Gunung
Kidul, di mana air dari goa-goa yang daleeem saja disedot agar bisa didekatkan
ke masyarakat. Tidak adakah teknologi yang bisa mendorong air agar mengalir 24
jam di Kabanjahe? Saya bukan ahli perairan, jadi memang nggak ngerti jawabnya.
Anyway, yang
mau saya bilang, gara-gara air mengalir 24 jam itu sudah menjadi hal biasa,
bisa jadi kita jadi lupa mensyukurinya. Begitu air mampet atau kemudian harus
tinggal di daerah yang sulit air, baru deh terasa kalau air bersih mengalir 24
jam itu fasilitas luar biasa. Sedih kan kalau sampai harus masuk berita gara-gara kelangkaan air bersih seperti ini :
*mudah-mudahan
tarif naik ini berarti perbaikan pelayanan PDAM Pematangsiantar.
* foto-foto ambil dari google :)
Use this diet hack to drop 2 lb of fat in just 8 hours
BalasHapusWell over 160 thousand women and men are utilizing a easy and secret "water hack" to lose 2 lbs every night while they sleep.
It's painless and works on anybody.
Here's how to do it yourself:
1) Grab a drinking glass and fill it up with water half the way
2) Proceed to do this awesome hack
and you'll become 2 lbs lighter in the morning!