Sabtu, 27 Oktober 2012

Beingwife



Lsd (Right) & Bj (Left) on Dec 6th 2008



Haiii… ini tulisan pertamaku di blog ini. Blog yang aku ingin lebih personal daripada blogku yang ini www.lisdhakerjadirumah.com

Kenalin dulu namanya : beingwife1@blogspot.com.  Sebelum lanjuttt, ternyata ada “pertengkaran seruuu” :

Aku  (A): Bikin blog lagiii???!!

Alter Egoku  (AE): Iya, emang kenapa?

A : Bikin blog mulu tapi nggak pernah serius, nggak pernah taat komitmen untuk rajin update

AE : Iiiya sih..tapi justru bikin blog baru supaya dapat semangat baru, bikin komitmen baru.

A : Halah..lagu lama tuh.. ingettt  ga blogmu di multiply, di blogspot, trus blog onlen shop di blogspot, trus blog bisnis yg pakai domain premium segala.. Pada kemana aja tuh?

AE : Nggak pada kemana-mana, masih ada di tempat masing-masing.

A : Nah tu..di tempat masing-masing. Artinya ga ada progress..

AE : Makanya ini coba lagi.. Kenapa sih nggak kasih kesempatan lagi? Kali ini, kalau ga sungguhan ya sudah, emang mau sudahan aja coba2 ngeblognya.

A : Beneran? Deal ya… jangan main2 lagi!


Weew, galak bener si Ego. Tapi perlu juga galak. Emang salah satu kelemahanku  tuh sering nggak bisa galak/tegas sama diri sendiri. Makanya, banyak hal sering terbengkalai. Apalagi didukung kebiasaan obor-obor blarak alias semangat di awalnya doang. Semangat cepet berkobar, tapi cepet pula matinya :D 
Tapi kali ini mudah2an aku bisa taat komitmen. 

Jadi niat lagi bikin blog gara-gara dapat order untuk milah-milah tulisan www.tanagekeo.wordpress.com. Aku sudah sering sih baca blog orang, tapi entah mengapa, aku merasa mendapat jawaban stagnasi blogku setelah menyusuri blog itu dari tulisan awal sampai akhir. Soal ini ntar aku bikin tulisan sendiri aja deh J

Sejauh ini belum berpikir untuk menggantinya dengan domain berbayar maupun domain gratisan (baru juga mulaiii). Maunya sih beingwife aja, tanpa angka 1. Tapi ketika membuat email baru (di gmail), rupanya sudah ada yang memakai akun beingwife (waw..entah siapa dia, mungkin dia juga punya suatu hal yang istimewa dengan frasa “beingwife”). Jadilah aku memakai beingwife1@gmail.com.

Semula mau pakai angka 296, yakni angka tanggal dan bulan kelahiran Ale. Tapi tiba-tiba kepikiran angka satu, angka yang simpel tapi bisa kuartikan banyak. Yakni bahwa aku ingin sekali saja “beingwife”, dalam artian aku berdoa memohon agar pernikahanku dengan BJ boleh berlangsung sampai maut memisahkan, sampai tua, dalam keadaan sehat dan rukun. Doa itu juga memuat permohonan bahwa aku akan menjadi istri satu-satunya. Nggak akan ada istri kedua dan seterusnya hihihi. Pro monogamiii booo..    Aku  enggak akan memaki-maki yang pro-poligami kok.  Toh dimaki-maki sebagian orang di jagat ini, mereka juga akan tetap go on dengan mengajukan sekian alasan tentang keabsahan poligami. Bagi yang memilih jalan itu, mudah-mudahn bisa poligami dengan adil dan tidak menyakiti pasangan :).

Oh ya, angka 1 juga berarti motivasi untuk selalu melakukan yang terbaik. Kali ini kompetitornya bukan “istri-istri yang lain” atau “istri-istri tetangga”. Kompetitornya bahkan juga hanya 1, yakni egoku.  Katakanlah, alter egoku ingin jadi istri yang baik, jadi ibu yang asyik. Sementara egoku masih sering keluar menunjukkan taring. Jadi angka 1 ini adalah head to head game. Karena di sini, menjadi nomer dua berarti menjadi pecundang. Ya eyaaalaaah, pesertanya cuma dua! 

Eh ya, sebelum nomer-nomeran itu, pilihan beingwife juga punya cerita sendiri. Ini memang pilihan frasa yang tampak sangat perempuan. Cita-cita yang sangat feminin. Dan pada kenyataannya, itu bukan cita-cita terbesarku. Bukan impian masa kecilku.

Beingwife, menjadi istri.

Memang seperti kontradiksi karena aku beberapa kali punya pacar tapi terbuka pada ide tidak menikah. Sebagian orang menilai aku pro pada kehidupan bebas. Padahal tidak demikian. Walau aku tidak berniat menjadi biarawati, tapi aku melihat Bunda Theresa sebagai model. Bagaimana perempuan yang tidak menikah tidak terlihat menyedihkan bahkan punya impact besar.. 

Aku bahkan pernah berpikir bahwa pernikahan adalah penindasan halus bagi perempuan.  Pernikahan akan membuat perempuan sebagai warna nomer dua. Sebab menurut agamaku, juga agama-agama yang aku tahu, ketika suami masih hidup maka kepala keluarga adalah laki-laki. Ketika suami masih eksis dan istri memegang tampuk pimpinan keluarga, maka itu akan tampak sebagai keluarga disfungsional, keluarga abnormal. Dan perlu mental kuat untuk menjadi abnormal karena masyarakat selalu menghendaki yang normal-normal. 

Apalagi jika pernikahan dikaruniai anak-(anak). Maka perempuan akan semakin tidak merdeka. Di negara-negara timur (termasuk Indonesia), peran perawatan anak (keluarga) lebih banyak berada di pundak perempuan. Sebab itu, ketika memilih bekerja dan juga menjadi ibu, perempuan menanggung bebab ganda yang kadang berat. Dan kalau harus memilih, maka perempuan lebih dianjurkan untuk “menjadi ibu”.

Yiaaa. Itu semua pikiran waktu ituuuu yaaa.. waktu masih heboh-hebohnya, masih sok-soknya.

Sebab itu, beingwife adalah salah satu turning point dalam hidupku.  Aku meyakini Tuhan punya rencana indah sehingga IA membalik-balikkan pikiranku dan mengarahkanku menjadi seorang istri.


Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29 : 11)

******************************
Pengin kerjaan dengan modal, waktu, dan tempat yang  FLEKSIBEL?
JOIN Oriflame - d'BC Network aja. More info KLIK INI!!!















1 komentar: