Tadi siang, tiba-tiba saja saya diingatkan lagi tentang jawaban
doa. Pengingatan yang datang begitu saja saat saya sedang membersihkan sampah
di halaman belakang. Mungkin karena di halaman belakang ada tanaman cabai, jadi
pengingatan jawaban doa itu terkoneksi ke tanaman :).
Yakni bahwa doa kadang (atau sering?) tak langsung terjawab.
Seperti hal-nya tanaman, doa juga perlu waktu untuk sampai berbuah (dijawab).
Ada waktu dan proses yang harus dilalui. Selain itu, tanaman perlu dirawat dengan baik agar bisa menghasilkan banyak buah. Disiram, dipupuk, disiangi, diselamatkan dari hama.
Demikian juga doa, agar “berbuah baik” (dikabulkan) maka
harus dirawat dengan baik juga. Saya memaknainya, doa harus rajin dinaikkan dan dengan
sungguh-sungguh. Seringkali, doa tidak spesifik, juga tidak sungguh-sungguh. Seperti sekedar mengeluarkan kata-kata dari mulut, belum dari hati. Atau, belum sampai saatnya berbuah, sudah tak sabar. Lalu memilih berhenti mendoakan itu. Padahal, lama
tidak terjawab belum tentu berarti tidak. Tapi memang belum dijawab. Kita bisa memohon kepekaan, agar kita bisa mengerti, sebuah doa memang ditunda atau ditolak.
Saya bersyukur diingatkan tentang hal ini. Sebab, saat ini
saya kembali mendoakan satu hal, yang sudah lama tidak saya doakan lagi karena rasanya lama sekali belum terjawab. Ihiiir, masih begitu lah sayaaa… Padahal dalam
Alkitab sendiri ada berbagai kisah, tentang ketekunan berdoa. Ketekunan yang
membuahkan jawaban indah pada waktunya.
Tetap tekun, ketika hasil yang diharapkan tak juga
menampakkan harapan, itulah tantangannya. Saya berharap, pengingatan pagi tadi
tidak berlalu begitu saja. Amin :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar