pic source : http://foxcautzer.blogspot.com/2012/06/mati-listrik-mati-gaya.html |
Selasa (30/10) sekitar pukul
dua siang, listrik mati. Waktu itu masih tenang… ah listrik mati mah
biasa. Paling ntar malam juga nyala. Tunggu punya tunggu, Selasa malam hingga
Rabu pagi, listrik tetap mati. Daerah Sambo, Pematangsiantar gelap gulita.Mana saat itu, aku hanya berdua dengan Ale karena BJ sedang ke Medan. Puji Tuhan di rumah ada dua lampu emergency plus satu senter besar yang cukup
menolong mengatasi kegelapan.
Rabu pagi, masih sabar.
Tapi, Rabu siang, listrik belum nyala juga. Ohh gossh.. Sempat berpikir kalau ini adalah karena pemadamam bergilir. Tapi pengalaman pemadaman bergilir, biasanya tak akan selama ini. Ngobrol dengan
tetangga kiri-kanan nggak ada yang tahu mengapa penderitaan ini terjadi #lebaydotcom.
Nggak ada pula tetangga dekat yang punya nomor call centre PLN Siantar. Ya sudah,
daripada mati gaya dan cuma penasaran mengapa listrik mati dan jam berapa hidup
lagi, aku mengajak manusia kecilku, Ale, ke PLN.
Aku bertanya dengan sopan,
dan si Mbak call centre menjawab kalau ada trafo di daerah Sambo yang
rusak. Masalahnya, spare part penggantinya tidak tersedia di PLN Siantar
sehingga harus diambil ke Medan. “Sekarang sedang dalam perjalanan, Bu…sabar
ya..” Well, oke… pulang dari PLN hujan
duerasss di perjalanan, untung bawa payung, cukup menolong sehingga tak basah
kuyup sekujur tubuh. Basah sana-sini, yang penting Ale kering.
Rabu sore, listrik tetap belum nyala. Weww… seorang tetangga
mulai esmosi dan pergi ke PLN untuk memastikan lagi. (Kebayang, hari itu entah
berapa kali call centre PLN Siantar menerima complain warga Sambo :D). Tetanggaku
pulang dari PLN sekitar pukul 17.00 (artinya listrik mati sudah lebih dari 24
jam!). Dengan heboh, dia menceritakan gayanya “melabrak” perempuan petugas call
centre.
“Tetanggaku (maksudnya aku) tadi siang ke sini dan katanya
petugas masih dalam perjalanan pulang Siantar. Berapa jam Medan – Siantar, masa
sampai jam segini belum sampai juga?! Kamu sudah emak-emak apa masih gadis?
Kalau sudah emak-emak kamu akan ngerti
sudah setengah mati rasanya, masak nasi susah, anak-anak belajar juga susah.
Kalau nanti sampai jam tuju (malah) listrik tidak nyala juga, kami akan demo ke
sini!”
Wiiiih…. Mimpi apa si petugas call centre… Mudah-mudahan bisa menganggapnya sebagai
risiko pekerjaan hehehehe
Tunggu punya tunggu, akhirnya habis maghrib, listrik menyala.
Puji Tuhaaan….
Demikian tergantungnya sebagian besar kita pada energi listrik,
sehingga tanpa listrik lebih dari 24 jam hidup jadi mati gaya. Berbagai
aktifitas terganggu karena nggak ada listrik. Di rumah, aku kembali memasak
nasi dengan cara lama, beras diaru lebih dulu, baru kemudian ditanak. Handphone
yang kemarin belum sempat di-charge mati total. Baterai laptop juga habis daya.
Aku beneran ga bisa connect to laptop,
apalagi internet. Padahal, hari itu sebenarnya banyak rencana yang mau aku
kerjakan. Mati gaya!
(Jangankan aku, Ale yang masih “bayi” pun ikut kelabakan tanpa
listrik. Dia pengen nonton DVD favoritnya, Cars, tapi TV tak bisa menyala. Dia
pindah opsi, nonton Cars di letop (laptop).. itu juga nggak bisa. Pindah opsi
lagi, nonton (video) di hape. Ya sami mawon..
***
Seorang temenku pernah bikin status facebook kurang lebih begini,
“orang-orang yang eksis di dunia maya biasanya tidak eksis di dunia nyata. Sebab
orang yang eksis di dunia nyata tak akan punya waktu untuk eksis di dunia
maya..”
Hmmh..setuju nggak?
Mungkin ada yang nggak setuju ya… tapi dalam kasusku sih, ada
benarnya. Ya walaupun aku nggak sampai level “inet freak” yang ngabisin waktu
pagi mpe pagi lagi bersama gadget, tapi beberapa teman sudah menjuluki aku
emak-emak doyan inet. (Gara-garanya tiap buka beranda fesbuk, mereka ketemu
statusku yg berurutan.. ya iyalah kalau dari sekian temennya hanya aku yang
rajin fesbukan atau timing-nya memang pas aku lagi rajin nyetatus :D).
Buatku, inet memang membantu banget untuk eksis. Karena sebagai
ibu rumah tangga dengan batita, aktifitasku di dunia nyata memang terbatas ruang dan waktu. Aku enggak bisa sebebas dulu waktu masih lajang, pergi
kesana-sini tanpa tanggungan. Selain itu, sebagai warga pendatang yang belum
lama tinggal, kenalan dan aktifitas sosialku di kota ini juga terbatas.
Inet (terutama jejaring
sosial) membantuku tetap terhubung dengan dunia luas. Itu juga salah satu hal
yang membuatku dulu mantap resigned. Mati listrik lebih dari 24 jam
kemarin memang bisa membuat tak eksis karena seluruh gadget tak berfungsi
(nggak punya genset booo…). Uniknya, di sela ego-ku yang bĂȘte karena gangguan eksistensi (plis deh lebay-nya), alter egoku bisa menghibur dengan memberikan rasa damai dengan hidup
tanpa listrik (tu bi kontinyu)
--------------------------------------------
kerja kantoran plus punya bisnis sampingan?
BISA banget di dBC Network.
Klik gambar yaa...