Rabu, 31 Oktober 2012

Mati Listrik dan Eksistensi


pic source : http://foxcautzer.blogspot.com/2012/06/mati-listrik-mati-gaya.html

Selasa (30/10) sekitar pukul  dua siang, listrik mati. Waktu itu masih tenang… ah listrik mati mah biasa. Paling ntar malam juga nyala. Tunggu punya tunggu, Selasa malam hingga Rabu pagi, listrik tetap mati. Daerah Sambo, Pematangsiantar gelap gulita.Mana saat itu, aku hanya berdua dengan Ale karena BJ sedang ke Medan. Puji Tuhan di rumah ada dua lampu emergency plus satu senter besar yang cukup menolong mengatasi kegelapan.

Rabu pagi, masih sabar.  Tapi, Rabu siang, listrik belum nyala juga. Ohh gossh.. Sempat berpikir kalau ini adalah karena pemadamam bergilir. Tapi pengalaman pemadaman bergilir, biasanya tak akan selama ini. Ngobrol dengan tetangga kiri-kanan nggak ada yang tahu mengapa penderitaan ini terjadi #lebaydotcom. Nggak ada pula tetangga dekat yang punya nomor call centre PLN Siantar. Ya sudah, daripada mati gaya dan cuma penasaran mengapa listrik mati dan jam berapa hidup lagi, aku mengajak manusia kecilku, Ale,  ke PLN.

Aku bertanya dengan sopan,  dan si Mbak call centre menjawab kalau ada trafo di daerah Sambo yang rusak. Masalahnya, spare part penggantinya tidak tersedia di PLN Siantar sehingga harus diambil ke Medan. “Sekarang sedang dalam perjalanan, Bu…sabar ya..”  Well, oke… pulang dari PLN hujan duerasss di perjalanan, untung bawa payung, cukup menolong sehingga tak basah kuyup sekujur tubuh. Basah sana-sini, yang penting Ale kering.

Rabu sore, listrik tetap belum nyala. Weww… seorang tetangga mulai esmosi dan pergi ke PLN untuk memastikan lagi. (Kebayang, hari itu entah berapa kali call centre PLN Siantar menerima complain warga Sambo :D). Tetanggaku pulang dari PLN sekitar pukul 17.00 (artinya listrik mati sudah lebih dari 24 jam!). Dengan heboh, dia menceritakan gayanya “melabrak” perempuan petugas call centre.

“Tetanggaku (maksudnya aku) tadi siang ke sini dan katanya petugas masih dalam perjalanan pulang Siantar. Berapa jam Medan – Siantar, masa sampai jam segini belum sampai juga?! Kamu sudah emak-emak apa masih gadis? Kalau sudah emak-emak  kamu akan ngerti sudah setengah mati rasanya, masak nasi susah, anak-anak belajar juga susah. Kalau nanti sampai jam tuju (malah) listrik tidak nyala juga, kami akan demo ke sini!”

Wiiiih…. Mimpi apa si petugas call centre  Mudah-mudahan bisa menganggapnya sebagai risiko pekerjaan hehehehe

Tunggu punya tunggu, akhirnya habis maghrib, listrik menyala. Puji Tuhaaan….

Demikian tergantungnya sebagian besar kita pada energi listrik, sehingga tanpa listrik lebih dari 24 jam hidup jadi mati gaya. Berbagai aktifitas terganggu karena nggak ada listrik. Di rumah, aku kembali memasak nasi dengan cara lama, beras diaru lebih dulu, baru kemudian ditanak. Handphone yang kemarin belum sempat di-charge mati total. Baterai laptop juga habis daya.  Aku beneran ga bisa connect to laptop, apalagi internet. Padahal, hari itu sebenarnya banyak rencana yang mau aku kerjakan. Mati gaya!

(Jangankan aku, Ale yang masih “bayi” pun ikut kelabakan tanpa listrik. Dia pengen nonton DVD favoritnya, Cars, tapi TV tak bisa menyala. Dia pindah opsi, nonton Cars di letop (laptop).. itu juga nggak bisa. Pindah opsi lagi, nonton (video) di hape. Ya sami mawon..
***
Seorang temenku pernah bikin status facebook kurang lebih begini, “orang-orang yang eksis di dunia maya biasanya tidak eksis di dunia nyata. Sebab orang yang eksis di dunia nyata tak akan punya waktu untuk eksis di dunia maya..”

Hmmh..setuju nggak?

Mungkin ada yang nggak setuju ya… tapi dalam kasusku sih, ada benarnya. Ya walaupun aku nggak sampai level “inet freak” yang ngabisin waktu pagi mpe pagi lagi bersama gadget, tapi beberapa teman sudah menjuluki aku emak-emak doyan inet. (Gara-garanya tiap buka beranda fesbuk, mereka ketemu statusku yg berurutan.. ya iyalah kalau dari sekian temennya hanya aku yang rajin fesbukan atau timing-nya memang pas aku lagi rajin nyetatus :D).

Buatku, inet memang membantu banget untuk eksis. Karena sebagai ibu rumah tangga dengan batita, aktifitasku di dunia nyata memang terbatas ruang dan waktu. Aku enggak bisa sebebas dulu waktu masih lajang, pergi kesana-sini tanpa tanggungan. Selain itu, sebagai warga pendatang yang belum lama tinggal, kenalan dan aktifitas sosialku di kota ini juga terbatas.

Inet  (terutama jejaring sosial) membantuku tetap terhubung dengan dunia luas. Itu juga salah satu hal yang membuatku dulu mantap resigned. Mati listrik lebih dari 24 jam kemarin memang bisa membuat tak eksis karena seluruh gadget tak berfungsi (nggak punya genset booo…). Uniknya, di sela ego-ku yang bĂȘte karena gangguan eksistensi (plis deh lebay-nya), alter egoku bisa menghibur dengan memberikan rasa damai dengan hidup tanpa listrik (tu bi kontinyu)

--------------------------------------------
 kerja kantoran plus punya bisnis sampingan?
BISA banget di dBC Network.
Klik gambar yaa... 

Senin, 29 Oktober 2012

Jakerdaaaaa…..

pic source : http://tyudkartun.blogspot.com/2011/09/monas-jakarta.html




Jakerdaa… Lupa, kapan pertama kali ketemu nama ini. Entah plesetan atau memang ada histori dalam menyebut Jakarta menjadi Jakerda, aku suka saja menggunakannya. Jadi pengin bikin tulisan dengan judul Jakerda gara-gara Jokowi. Ihirrr, ternyata daku termasuk kumpulan orang-orang yang terjangkit virus Jokowi. 

Jelas saja, aku nggak milih Jokowi saat pilgub lalu karena aku bukan penduduk Jakarta. Tapi virus Jokowi kan nggak hanya menyebar di Jakarta, tapi bahkan sampai berbagai belahan dunia kan? Virus Jokowi menerpaku dalam bentuk suka baca berita tentang aktifitas Jokowi di media onlen. Tapi, sebenarnya yang seru itu bukan baca beritanya, tapi komentar-komentarnya.  Banyak yang memuja, banyak juga yang skeptis, apatis, bahkan pesimis. Tapi secara umum, komentar-komentar dalam berita tentang Jokowi kebanyakan bernada dukungan. Bahkan, kalau ada komentator yang pesimis atau kontra, langsung deh dihinadina oleh para pendukung Jokowi. 

Yang bikin unik, jarang-jarang ada berita tentang pejabat dan komentarnya kebanyakan positif. Di  dunia maya, pejabat umumnya jadi sasaran caci-maki.

Buatku sih, di dunia ini nggak bakalan ada pemimpin yang sempurna, yang ideal, yang bisa memuaskan keinginan semua kepala. Tapi mudah-mudahan kali ini harapan anak-anak bangsa tak meleset.  Karena sepertinya, Pak SBY dulu juga menang karena faktor figur, tapi belakangan dicaci-maki jugak. Aku mendoakan saja dari Siantar supaya dengan duet Jokowi-Ahok, Jakerda bisa lebih bagus… dan nyaman.

Karena aku memang salah seorang yang “sangat – tidak – ingin – tinggal – di – Jakarta.”  Banyak orang berbondong-bondong ngurban ke Jakarta, tapi aku tak termasuk golongan tersebut. Sebab itu, legaaaa banget ketika diterima kerja dulu penempatannya di Bandung.

Banyak orang bilang, kalau banyak uang memang nyaman tinggal di Jakarta. Mungkin ada benarnya, karena uang bisa membeli banyak hal, termasuk kenyamanan tinggal di Jakarta. Walaupun semua mungkin sepakat kalau kenyamanan tidak sama dengan kebahagiaan. Toh, definisi bahagia tidak seragam …

Ketidakinginanku tinggal di Jakarta mungkin sangat dipengaruhi pengalamanku semasa sekolah di Stemba Temanggung. Tahun 1998, kami harus ikut program Praktik Kerja Lapangan sebagai bagian dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Aku dan seorang teman mendapat tempat di sebuah perusahaan teh botol di  Jalan Jakarta – Bogor (lupa tepatnya di mana). Sebelum mendapatkan tempat kost, aku menumpang di kontrakan kakak teman praktikku di daerah UKI (Univ Kristen Indonesia).

Setiap pagi, aku berangkat dari halte dekat UKI naik metro mini atau bus Mayasari Bhakti ke Pasar Rebo, lalu lanjut bus lain ke pabrik. Suatu hari, kami berdua pulang menuju UKI menggunakan bus Mayasari Bhakti. Kami dua cewek lugu-lugu dengan seragam berlabel sekolah nun di Jawa Tengah sana. Segerombolan anak laki-laki yang juga bersegaram putih abu-abu mendekati bangku kami. Iseng-iseng tanya ini-itu layaknya remaja (dan tentu saja dengan gaya ibu-kotanya). Widih, sudah nggak nyaman banget tuh karena walaupun mereka tak begitu banyak dan wajah-wajah mereka pun bersahabat, tapi kami seperti dikepung.  Lalu, sepertinya ada teriakan. Tiba-tiba cowok-cowok itu bubar, menghambur turun bus, lalu tawuran. Entah bagaimana cerita selanjutnya, karena bis lanjut membawa kami ke tujuan..

Phuuuuh.. kejadian itu, bagaimanapun membekas banget di ingatanku dan menjadi salah satu alasan untuk tak tinggal di Jakarta.  Alasan yang rada sok hero sih,.. janganlah aku menambah-nambahi beban Jakarta plus ketimpangan nasional. Orang-orang potensial pada ke Jakerda sehingga riuh rendah di sana. Lalu daerah-daerah dapat apa?

Dulu sewaktu masih kerja, aku mikir, wah jangan-jangan suatu saat bakalan dapat tugas di Jakarta. Tapi itu tak sampai terjadi karena aku resign supaya bisa tinggal bersama suami dan tinggalah sekarang di Sumatera Utara ini. Tapi aku tanya BJ, kalau dia terus dengan pekerjaannya yang sekarang, apakah ada kemungkinan pindah ke Jakarta? Jawabnya, kemungkinan sekecil apapun selalu ada.

Ah ya, bulan-bulan ini seorang temanku juga sedang dalam proses pindah tinggal di Jakerda. Dia juga nggak suka Jakerda, tapi bagaimana lagi karena suaminya (mantan teman kerjaku dulu) dipindah ke Jakarta. Istri sepupuku yang asli Magelang justru merasa sudah lekat dengan kehidupan Jakarta dan katanya tak bisa lagi tinggal di tempat dengan ritme hidup seperti di Magelang atau Temanggung.

Hingga usia kepala tiga ini, aku sudah melalui (relatif) banyak perubahan, termasuk perubahan yang 180 derajat. Entahlah, mungkin suatu saat bisa saja aku berubah MAU atau BAHKAN ingin tinggal di Jakarta. Kalaupun itu terjadi, mudah-mudahan keramahan Jakarta sudah tak terlalu mahal didapatkan.(LSD)

----------------------------------------------------

 Nyiapin pensiun gak melulu dengan menabung,
tapi dengan bisnis sampingan. Klik Gambar yaaa...

Pencurian Pagi Ini

pic source : http://dominicanewsonline.com



Jam 5:50. Pagi sudah tak bergeliat. Apalagi kalau di InTim (Indonesia Timur) ya.. kan di sana sudah jam 07:50. Tapi di sini, di Inbar bagian barat (walau belum paling barat), jam segini masih gelap. Bj sudah mruput ke Medan, sedangkan Ale masih tidur nyenyak. Aku  ke kamar mandi. Pintu dapur tak kututup.

Dan terjadilah pencurian itu.

Keluar dari kamar mandi, dalam keremangan (karena lampu tak kunyalakan) aku mendapati si Empus khusyuk di bawah kran air. Baru setelah kulihat dengan seksama, ternyata kucing berwarna belang putih coklat itu tengah menikmati sepotong ikan mas. Weitttts, tak salah, itu ikan mas dari dapurrrrrr. Terbukti, piring wadah ikan-nya kosong.

Grrrrrhhhh,….

Sebetulnya enggak marah-marah banget sih. Karena memang itu ikan mas kemarin dan kukeluarkan dari lemari karena tak akan kumakan lagi. Lagipula, Empus cukup berjasa mengamankan bagian belakang rumah kami dari tikus. Juga mungkin sudah “fitrahnya” kalau bangsa kucing suka mencuri. Karena bagi mereka mungkin tak ada kata tetapi sekedar urusan makan. Walau sudah lama hidup berdampingan dengan manusia, bukan berarti bangsa kucing sudah hidup dengan norma manusia kan? Jadi kalau sudah tahu sering ada kucing, ya harus tertib tutup pintu atau lemari makan.

Jadi memang aku enggak marah-marah banget sih.  Aku hanya agak gemas karena ikan itu sedianya buat Bleki, si anjing hitam kecil kami yang baru saja sembuh dari sakit.

Sebenarnya, tanpa mencuri pun, si Empus bisa saja mendapat bagian.  Karena Bleki rela-rela saja berbagi makanan. Bleki, anjing yang baru tiga mingguan ini kami pelihara. Sedangkan Empus sudah lebih duluan sering berkeliaran di halaman dan atap belakang rumah. 

Empus bukan peliharaan kami, mungkin dia kucing liar, atau entah milik siapa. Memang, dari dulu aku sering sengaja menaruh sisa makanan dalam sebuah piring plastik di halaman belakang. Karena pikirku, itu juga salah satu cara untuk berbagi dengan sesama mahluk penghuni bumi. Aku memang tak suka memelihara kucing, tapi hanya memberinya sisa makanan (itu pun kalau ada), rasanya bukan hal yang sulit untuk kulakukan. Mungkin sisa-sisa makanan itulah yang membuat kucing-kucing liar atau entah milik siapa itu menjadikan halaman belakang kami sebagai daerah jelajahnya.

Kalau disuruh memelihara kucing atau anjing, aku memang memilih anjing. Alasannya simpel, anjing bisa diatur untuk tidak masuk rumah. Kalau sejak awal memang dilarang untuk masuk, anjing tak akan masuk. Walau pintu terbuka, jarang sekali anjing menggunakan kesempatan. Anjing juga tak suka bermanja-manja menempel-nempel ke kaki. Sepertinya, bulu-bulu anjing juga tak segampang lepas seperti bulu kucing.

Tapi pilihan hewan untuk dipelihara memang soal preferensi. Toh,  anjing juga punya keburukan. Anjing kami sebelumnya, Kiku, suka berkeliaran dan pulang membawa sampah. Halaman rumah kami tak bisa bersih. Puncaknya, Kiku mengigit tas tetangga yang dijemur dan malam-malam lupa dibawa masuk. Tas itu rusak total. Untung tetangga kami baik. Kiku juga tak jinak. Entah mengapa, dia sangat menjaga jarak pada kami selaku pemilik rumah.  Dengan berat hati, kami memutuskan menjual Kiku.

Sebab itu, ketika mengambil Bleki, kami memutuskan untuk tidak membiar dia bebas. Kami berencana memagar jalan samping rumah sehingga pergerakan Bleki terbatas di halaman belakang, toh cukup luas. Jalan samping rumah kurang lebih hanya 1,5 meter. Pagar bambu pun cukuplah. Sebelum pagar itu dibuat, Bleki kami rantai dengan sesekali saja dilepas.

Keberadaan si Bleki tak membuat Empus mencoret halaman belakang kami dari daftar teritorialnya. Mungkin Bleki tak punya tampang garang, atau bahkan tampak butuh teman.  Akhirnya, dua hewan beda spesies ini malah membentuk relasi yang mengingkari peribahasa “bagaikan kucing dengan anjing.” Tak pernah kulihat keduanya saling mendengking bermusuhan. Yang ada, keduanya justru sering bergumul bermain bareng, makan bareng, bahkan tidur bareng. 

Sampai aku berpikir, hewan yang sering dibilang selalu bermusuhan saja bisa rukun…. Tapi manusia malah bisa membawa permusuhannya sampai mati. Memaafkan dan mengampuni? Oh No Way!

Kalau saja aku memiliki kemampuan memahami bahasa hewan seperti Nabi Sulaiman atau Dr Dolittle, aku akan bertanya mengapa mereka bisa hidup damai berdampingan dalam perbedaan.

--------------------------------------
Bunda Astri - Jogjakarta

pengen seperti Bunda Astri? Klik Gambarnya!


Sabtu, 27 Oktober 2012

Cara memasang akun facebook di blogspot


Semangat pagii... (ini nulisnya beneran pagi.. jam menunjukkan pukul 5:25)

Dulu sudah pernah pasang badge akun facebook di blogku YANG INI. 
Tapi lupa lagiiiiii caranya :D. 
Jadi, mesti gugling lagi untuk pasang lagi di blog yang ini.
Puji Tuhan, sekali gugling, langsung ketemu artikel yang nggak rumit aplikasinya DI SINI.

Jadi, maaf ya buat yang merasa "tertipu" karena tidak langsung menemukan "cara memasang akun facebook di blogspot" di tulisan ini. Daripada copy paste, aku sengaja mengarahkan ke link asli, karena menu "gaptek" ini memang aku dedikasikan untuk blog-blog yang sudah menolongku belajar internet :) 

--------------------------------

Pengin kerjaan dengan modal, waktu, dan tempat serba fleksibel?
JOIN Oriflame - dBC Network. More info KLIK INI!!

Beingwife



Lsd (Right) & Bj (Left) on Dec 6th 2008



Haiii… ini tulisan pertamaku di blog ini. Blog yang aku ingin lebih personal daripada blogku yang ini www.lisdhakerjadirumah.com

Kenalin dulu namanya : beingwife1@blogspot.com.  Sebelum lanjuttt, ternyata ada “pertengkaran seruuu” :

Aku  (A): Bikin blog lagiii???!!

Alter Egoku  (AE): Iya, emang kenapa?

A : Bikin blog mulu tapi nggak pernah serius, nggak pernah taat komitmen untuk rajin update

AE : Iiiya sih..tapi justru bikin blog baru supaya dapat semangat baru, bikin komitmen baru.

A : Halah..lagu lama tuh.. ingettt  ga blogmu di multiply, di blogspot, trus blog onlen shop di blogspot, trus blog bisnis yg pakai domain premium segala.. Pada kemana aja tuh?

AE : Nggak pada kemana-mana, masih ada di tempat masing-masing.

A : Nah tu..di tempat masing-masing. Artinya ga ada progress..

AE : Makanya ini coba lagi.. Kenapa sih nggak kasih kesempatan lagi? Kali ini, kalau ga sungguhan ya sudah, emang mau sudahan aja coba2 ngeblognya.

A : Beneran? Deal ya… jangan main2 lagi!

Senin, 22 Oktober 2012

test

Test test test.. kembali ke blogspot setelah mencoba wordpress. Ternyata blogspot sudah banyak berubah :)
Binguung lageeee hihihihi